Jumat, 07 Desember 2012

i CAN'T make it trough the rain


Dipenghujung waktuku
Menjalani kisah yang tak sempurna
Bukan untuk keabadian
Bukan untuk aku

Aku berdiri, rapuh, terhanyut dan tenggelam
Bagai butir-butir pasir tersapu gelombang pasang
Kegelisahan yang menekan seluruh nafas dijiwa
Kegembiraan yang membumbung sulit untuk digapai

Sayap yang mengembang
Cengraman kaki yang erat
Namun tak dapat terbang bebas
Disini aku tertatih Melawan kerasnya angkuh hati

Kusendiri disini
Ditemani sang angin yang lembut belai rambutku
Daun daun seakan ikut terpaku
Rasakan kehampaan yang ada di diri ini

Namun aku terlanjur lupakan hasrat
Kulepaskan semua gelisah pada diri
Ingin rasanya ku kembali
Kusadari semua takkan mungkin berubah
Ku hanya bisa berharap

Rabu, 10 Oktober 2012

Cerita Hati




Biarkan kalian masing-masing mendendangkan tembang sendiri,
karena hati tidak meminjamkan melodinya kepada yang lain.
Dan jangan juga lupa bahwa hatimu hanya bisa bersuka cita dalam kasihmu sendiri.
Jikalau ada sesuatu yang kamu butuhkan dari yang lain demi kasih,
maka kamu berdiri dengan kepalamu di awan yang membayangi kasih.

Kadang kamu melempar bayangan keatas dirimu dengan tangan keraguan dan penyangkalan.
Dengan menyangkal gelora kasih, kamu menyangkal kerinduan mendalam kasih pada dirinya,
dimana letak kemungkinan-kemungkinan janin kasih yang paling dahsyat.

Kasih berbicara dengan bisikan lembut kebaikan,
Dan kadang kasih menebas yang dangkal dengan tangan berani kebenaran.
Aku ingin sekali kamu memahami kasih sebagai dirimu yang lebih luhur
Dan bukan hanya jawaban sebagai kebutuhanmu.

Dan ketika kamu serahkan diri pada kasih, kamu, sebaliknya, akan memenuhi kebutuhan kasih yang luhur.
Seandainya kamu ingin serahkan diri pada kasih,
Serahkan semua air mata dan gelak tawa pada hidupmu.
Tenggang toleransimu untuk menyangkal semua kelembutan manusia bagaikan punyamu.

Terimalah dengan suka cita saat belas kasih tak terbatas,
agar kamu bisa berdiri disemua dinding yang memisahkan dari yang sakral,
menyebrang kecahaya menyinari semua
Dan ketahuilah kamu berada disini untuk ini saja.

I LOVE YOU *FOREVER*




When we meet,
In the busy street called life,
Full of human being,We both are strangers to each other,
But we seem to know each other for a long time ago,
There is a very special feeling between two of us,
A very special feeling that only one word can describe it,
The word of love,
I hope that the time stops at the moment,
The moment that our eyes meet each other,
The moment that we feel that the busy street is only us,
The moment that our minds just have each other.

When we meet,
In the busy street,
Standing right in front of each other,
With the heart beats faster than ever,
And the busy street seems to be so beautiful,
I hope the time just stops here,
We just stop here,And feel the love that grows from our hearts.


#Special for Me and My Hubby at 1st Oct,
 My brother and Sister at 3th Oct,
All My Family,
My Lovely Best friends and All who were celebrating a Wedding Anniversary^^

Sabtu, 26 Mei 2012

Another Side Of Mhie



Seketika aku tlah mengenal sosok itu...
Mendapati senyumannya,
Ingin selalu dan selalu,
Dalam waktu yang nyata atau tersimpan dalam benakku saja...

Seketika itu pula menjadi berbeda,
sosok yang menjadi sulit untuk mataku menatapnya,
Segala yang tersimpan tentangnya,
Tak lagi aku temukan....

Seketika aku tersadar,
Rasa itu sudah terlalu jauh,
Mendalam dan berakar,
Layaknya tanaman tumbuh subur di musim semi,
Pada akhirnya tersapu salju yang dingin dan beku...

Akhirnya aku berhenti...
Tepat digerbang dunia nyata...

Berjalan dan mengikis tanaman hati,
Yang tumbuh dalam ketidak wajaran...

Sedangkan sosok itu...
Hadir besama hujan
dan
Senyumannya di setiap pelangi....

Rabu, 28 Maret 2012

Thanks To You in Thirty +1


Bapakku H. A. Rauf H.M. ALi
Lirik dibawah ini untuk beliau,,,

Teringat Masa Kecilku
Kau Peluk dan Kau Manja
Indahnya Saat Itu
Buatku Melambung
Disisimu Terngiang
Hangat Nafas Segar Harum Tubuhmu
Kau Tuturkan Segala Mimpi-mimpi
Serta Harapanmu

Kau Ingin ku Menjadi
Yang Terbaik Bagimu
Patuhi Perintahmu
Jauhkan Godaan
Yang Mungkin Kulakukan
Dalam Waktuku Beranjak Dewasa
Jangan Sampai Membuatku
Terbelenggu Jatuh dan Terinjak

Tuhan Tolonglah Sampaikan
Sejuta SaYangku Untuknya
ku Terus Berjanji
Tak Kan Khianati Pintanya
Ayah Dengarlah Betapa Sesungguhnya
ku Mencintaimu
Kan ku Buktikan ku Mampu Penuhi Maumu

Andaikan Detik Itu
Kan Bergulir Kembali
Kurindukan Suasana
Basuh Jiwaku
Membahagiakan Aku
Yang Haus Akan Kasih dan SaYangmu
Tuk Wujudkan Segala Sesuatu
Yang Pernah Terlewati
#Beliau memberikan hidupnya untuk keluarganya#

Ibuku Asnaniah ABubakar
Beliau mempertaruhkan hidupnya untukku dan adikku,

Beliau seorang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa  bagi murid-muridnya,
Tapi lebih dari itu bagiku.
Beliau meninggalkan kami hampir 13 tahun yang lalu,
Itu yang terbaik baginya dan kehendak yang Maha Kuasa
Beliau tak melihat ini
Saat wisuda gelar Sarjana Teknik ku

Beliau tak menyaksikan ini
Walaupun aku mengenakan kain yang sama ketika beliau menikah saat pernikahannku.

Beliau juga tak menyaksikan ini
Cucu pertama baginya

Tapi, aku yakin beliau menyaksikan semua dari tempat yang tenang, tempat terindah disisi Allah.



Adikku Muhammad Taufiqurrahman, ST, MT
Walaupun kami tak begitu soulmate, tapi aku sangat menyayanginya,,,
Dan aku yakin dia pun sebaliknya...

Deepest Longing for You Both....

Jumat, 16 Maret 2012

Alun - Alun Kapuas


Pontianak dikenal sebagai kota yang memiliki cuaca yang cukup panas oleh sebagian pengunjung yang datang dari luar Kalimantan Barat, sebab Kota Pontianak yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat terletak di dua belahan bumi yang berbeda sekaligus, yakni bumi bagian utara dan bagian selatan, atau dengan kata lain dilewati oleh garis equator atau khatulistiwa.

Dari segi potensi wisata, Kota Pontianak tidak kalah menarik dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia, banyak tempat rekreasi ataupun wisata yang layak dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam maupun luar negeri, seperti Tugu Khatulistiwa, Keraton Kesultanan Kadariyah Pontianak, Museum Provinsi Kalimantan Barat dan masih banyak yang lainnya, ataupun para wisatawan yang ingin menikmati event tahunan yang biasanya rutin diselenggarakan seperti Festival Meriam Karbit, Pekan Gawai Dayak Kalimantan Barat, Imlek dan Cap Go Meh, Festival Budaya Bumi Khatulistiwa dan event-event pariwisata tahunan lainnya .

Kota yang pada tanggal 23 Oktober 2011  merayakan ulang tahunnya yang ke-240 ini juga tak kalah menarik bagi para anak muda yang senang berkumpul bersama teman-temannya dikala waktu senggang, sebab Kota Pontianak adalah surganya Free Hotspot Cafe, anda cukup berbekal sebuah laptop dan merogoh saku anda Rp.2000 sampai dengan Rp.5000 untuk membayar secangkir kopi, dan anda bebas menikmati berselancar di dunia maya sepuasnya, tanpa adanya batasan waktu, sebab banyak diantara Free Hotspot cafe tersebut yang buka selama 24 jam.

Selain berbagai potensi wisata yang tersebutkan di atas, Kota yang dilintasi dua sungai besar ini, yakni Sungai landak dan Sungai terpanjang di Indonesia yang memiliki panjang 1.143 km yaitu Sungai Kapuas, Pontianak juga memiliki banyak "open public space" yang menjadi favorit warga kota ini mengisi waktu luangnya bersama keluarga maupun teman-teman, seperti taman, alun-alun, lapangan atau sekedar sudut jalan dengan melakukan kegiatan jalan-jalan bersama ataupun aktivitas-aktivitas yang lainnya. Dengan adanya sungai yang membelah Pontianak, tentunya menjadikan kota ini sebagai kota yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan yang memiliki "Waterfront City"

"Waterfront City" ! salah satunya adalah Taman Alun-alun kapuas, yang terletak di depan Makorem 121 Alambanawanawai Tanjungpura, atau di depan kantor Walikota Pontianak yang merupakan salah satu "open public space" yang cukup populer di kota Pontianak. Jika anda datang ke kota Pontianak sayang jika melewatkan berkunjung ke tempat ini. Alun-alun kapuas merupakan tempat favorit bagi warga kota Pontianak atau bahkan dari luar kota sekalipun untuk sekedar bersantai ria dan jalan-jalan sore, sebab tempat ini sangat representative untuk hal-hal tersebut. Tidak jarang juga berbagai komunitas ngumpul bareng di tempat ini, seperti komunitas photography yang sering melakukan hunting foto, ataupun komunitas lainnya yang sekedar bersantai sore bersama-sama.
Alun-alun kapuas ini sebenarnya sudah lama dibangun oleh pemerintah kota Pontianak, tetapi baru pada tahun 1999 direnovasi serta pada tahun ini (2011) dengan penambahan area baru yang membuat tempat ini semakin menarik dan menyebabkan jumlah pengunjung yang meningkat.

Berbagai aktifitas dilakukan masyarakat kota Pontianak di tempat ini, dari sekedar bersantai ria, jalan-jalan sore, berfoto, serta menikmati berbagai jajanan yang banyak disediakan oleh para pedagang yang berjualan di sekitar Taman ini.

Alun-alun kapuas sebagai tempat umum, cukup diminati warga karena keindahannya yang terletak dipinggiran sungai Kapuas, dan sudah cukup tertata rapi saat ini, hal ini dibuktikan dengan terus dilakukannya penataan taman-taman yang ada maupun dibangunnya sebuah replika tugu khatulistiwa tepat dipinggiran sungai.



Kamis, 15 Maret 2012

Transisi...



Hidup ini adalah takdir,,
Yang harus dijalani tanpa bisa menghindarinya,,
Ketika kita berada disuatu titik
Dimana itu adalah awal dalam menentukan takdir..
Harusnya berada tepat ditengah keseimbangan...
Dunia dan Akhirat,
Perasaan dan Logika,
Realita dan Impian,
Teman dan Lawan,
Ya dan Tidak,
Hitam dan Putih.......

Ketika salah dalam menentukan,
Kita akan terjerumus sedalam dalamnya,,,
Berjalan diatas takdir,
Yang akan membawa kita berada diantara.............
Kesenangan dan Kesedihan,
Kebahagiaan dan Kesakitan,
Cerah dan Suram,
Terlepas dan Tertahan,
Tertawa dan Menangis.....

Ketika kita kuat,,
Kita akan menjalani takdir itu dengan memandang,,,
inilah kehendak Tuhan,,
Inilah konsekuensi dari ketidak seimbangan...

Ketika kita lemah,,
Kita akan pergi menghindari takdir,,
Menyia-nyiakan kesempatan hidup yang masih diberikan,,
Mempertanggungjawabkan hidup yang telah kita jalani
Kepada Sang Maha Pencipta,,

Inilah takdir yang harus dijalani,,
Demi orang-orang...
Yang dicintai dan Mencintai kita,
Yang disayangi dan Menyayangi Kita,
Yang tersakiti dan Menyakiti kita,
Yang berkorban dan Yang kita korbankan,
Yang berjuang untuk kita dan Yang kita perjuangkan,
Yang berkhianat dan Kita khianati,
Yang mempercayai kita dan Kita bohongi,
Yang mengecewakan kita dan Kita kecewakan,
........

Jumat, 10 Februari 2012

Danau Sentarum National Park, West Borneo Indonesia



Danau Sentarum National Park (DSNP),is located in a remote area of West Kalimantan, Indonesia, and situated close to the Malaysian border of Sarawak, approximately 700 km. inland from the West Kalimantan provincial capital, Pontianak. DSNP is an area of connected lakes and seasonally flooded by the tropical rains,a sthe water streams down the with covereed Rain Forest hills surrounding the area. The Danau Sentarum National Park is approximately 30-35 m. above sea level, while the surrounding hills that rise as high as 750 meter above sea level. Daytime temperatures are consistently between the 26-30 degrees Celsius, The driest months are usually July, August, and September. The area was established in 1985 as the Danau Sentarum Wildlife Reserve. While the borders are unclear, the main part of the park is around 1250 square km
Several Longhouses are found in the area of Danau Sentarum Park, The Iban longhouse of Sungal Sedik is located about 6 km. from the district center of Lanjak. The longhouse was a 14-household community containing about 100 residents. The Sedik River territory is a hunted area for the members of the at least five other longhouse Dayak communities of Lanjak.
 
West Kalimantan 's Danau Sentarum National Park wildlife has 120 species of fish, Among them arethe Asian bony tongue, toman, betutu, jelawat, belida, ketutung, and the beautiful clown loach. Other animals like proboscis monkey, orangutan, estuarine crocodile, siamese crocodile, clouded leopard, great argus pheasant, false gavial, and wooly-necked stork also inhabit this national park.

Taman Nasional Danau Sentarum


Danau Sentarum berjarak 700 km dari Kota Pontianak yang masuk dalam wilayah dataran Daerah Aliran Sungai Kapuas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang merupakan danau dan rawa yang dangkal serta teras-teras rendah yang sangat luas.



Kawasan Danau Sentarum telah ditetapkan sebagai kawasan Suaka Alam.Danau itu adalah celengan air raksasa. Di musim hujan, Sentarum menabung 25 persen air Sungai Kapuas. Saat kemarau, Sentarum memasok separuh air yang mengaliri Kapuas. Luas seluruh kawasan Danau Sentarum 132.000 ha ditambah dengan 64.000 ha yang diusulkan sebagai daerah penyangga. Sekitar 20 ha merupakan danau musiman yang menjadi penutup daerah seluas 30.500 ha, sisanya merupakan hutan rawa gambut.
Danau Sentarum merupakan daerah retensi/luapan banjir (retarding basin)dari Sungai Kapuas yang merupakan daerah tangkapan air dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut.


Danau Sentarum merupakan komplek danau-danau, lebih dari dua puluh buah danau secara alami bertindak sebagai reservoar. Luapan banjirnya yang melanda bentang Sungai Kapuas secara otomatis akan tertampung di sini. Saat itulah limpahan airnya menggenangi hutan rawa air tawar primer yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Danau Sentarum.
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan di sekitarnya.
Namun, bukan fenomena alam ini saja yang menjadi keunikan Danau Sentarum. Danau yang terbentuk pada zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di antaranya endemik TNDS, termasuk 10 spesies di antaranya merupakan spesies baru.


Hewan mamalia di TNDS ada 141 spesies. Sekitar 29 spesies di antaranya spesies endemik, dan 64 persen hewan mamalia itu endemik Borneo. Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 persen di antaranya merupakan ikan endemik air tawarBorneo. Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebagai salah satu habitat ikan air tawar terlengkap di dunia.
Selain hutan yang bagus dan menjadi habitat lebah, TNDS juga menjadi habitat berbagai jenis ikan air tawar. Dari segi ukuran, misalnya, ada jenis ikan terkecil, yang dikenal dengan nama ikan linut (sundasalanx cf. microps) berukuran 1-2 sentimeter dengan tubuhnya yang transparan seperti kaca, hingga ikan berukuran panjang dua meter seperti ikan tapah dari genus Wallago.


Adapun ikan yang bernilai ekonomis dan di konsumsi warga, misalnya, ada ikan gabus, toman, baung, lais, belida, dan jelawat. Khusus ikan hias, di TNDS terdapat ikan silok atau arwana (scleropages formosus) dan arwana merah. Namun, populasi jenis ini sekarang menurun drastis karena harganya yang mahal menyebabkannya di eksploitasi secara berlebihan. Pada kawasan ini tercatat paling tidak 120 jenis ikan, termasuk jenis yang langka serta bernilai tinggi yaitu ikan arwana(scleropages formosus) serta terdapat beberapa jenis spesies yang hanya dimiliki oleh Danau Sentarum dalam artian tidak ditemukan di belahan dunia lain.
Berdasarkan hasil laporan penelitian yang telah dilakukan Pusat Lapangan Taman Nasional Danau Sentarum, terdapat beberapa spesies yang masih merupakan catatan karena belum ada nama lainnya. Sebagai habitat ikan air tawar terlengkap di dunia, Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum menjadi daerah penyedia sekaligus sebagai pemasok terbesar ikan hias air tawar diantaranya adalah arwana(scleropages fourmosus) dan ulanguli (botia macracranthus) yang berhasil menembus pasaran internasional dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.


Pada saat musim kemarau, dimana tinggi air Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah kering yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat jelas di kolam-kolam kecil.
Bila Danau Sentarum surut airnya kedalaman danau hanya berkisar dua-tiga meter. Padahal, dalam kondisi normal antara tiga hingga delapan meter. Kalau banjir, dalamnya sampai 13 meter. Tetapi, dalam dua tahun terakhir, penurunan air Sentarum sangat ekstrem. Di beberapa bagian, ada yang sampai empat meter dalam tiga hari. Lazimnya cuma setengah meter.  Ada yang menduga pembukaan lahan di hulu Kapuas menjadi sebab drastisnya penyusutan air Sentarum. Kawasan bervegetasi baik yang hilang itu memusnahkan fungsi lahan sebagai daerah tangkapan dan resapan hujan.


           Di samping potensi perikanan, kawasan Taman Nasional Danau Sentarum juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata andalan bagi Kabupaten Kapuas Hulu dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati serta keindahan panorama alam dengan beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Pulau Melayu, Pulau Sepandan ataupun Pulau Bukit Tekenang.

Kamis, 09 Februari 2012

Empat Orang Ulama Tenar Pernah Bermukim di Kelurahan Sui. Jawi Dalam Pontianak

Dalam kurun waktu tahun 60-an sampai tahun 80-an di Kelurahan Sui. Jawi Pontianak pernah berkiprah empat orang ulama yang sangat terkenal, disegani dan menjadi panutan masyarakat. Selama hidupnya beliau-beliau tersebut banyak menghabiskan waktunya dalam mengayomi umat, bertabligh dan mengajar berbagai ilmu islam seperti fiqih, tasawuf, tafsir, hadits dan sebagainya. Selain mengajar di kediamannya masing-masing mereka masih sering dijemput oleh masyarakat untuk bertabligh di luar kota Pontianak. Ulama yang dapat digolongkan arif billah (orang yang dekat dengan Allah) itu semuanya telah berplang kerahmatullah dengan meninggalkan kesan yang tak mungkin kita lupakan.


Ke empat  ulama yang penulis maksudkan adalah : Ustadz H. Abdussyukur Badri, Ustadz H. Abdurrani Mahmud, Ustadz H. Azhari Djamaluddin dan Syech Saleh Al Haddad. Dibawah ini penulis nukilkan sekelemit kesan figur Ulama Kharismatik tersebut sebatas pandangnan dan pengalaman pribadi yang penulis miliki.


1. Ustadz H. Abdussyukur Badri
Beliau ini sering dipanggil dengan nama Ustadz H. Muchlis. Selama beliau bermukim di Kelurahan Sui. Jawi Dalam Pontianak sebagian waktunya dipergunakan untuk mengajar dan berdakwah keliling masjid dan Majelis Ta'lim. Dirumahnya diadakan juga pengajian pada malam-malam tertentu. Semasa beliau bermukim di Telok Pakedai (Kubu Raya), beliau sempat mengasuh Madrasah Diniyah Al Raudatuthalibin dan mengadakan kursus kilat guru agama dimana penulis pada masa itu masih di Sekolah Rakyat (SD) sempat mengenyam ilmunya sebelum pindah ke Pontianak melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah. Alhamdulillah setelah beliau hijrah ke Pontianak, penulis dapat berguru kembali walaupun tidak berbentuk pendidikan formal lagi. Di Pontianak, beliau mengajarkan Shalawat Dalailul Khairat, dimana penulis ikut pada angkatan pertama. Ustadz H. Muchlis tidak hanya mengajar dan berdakwah di Pontianak, bahkan sering dijemput untuk memberikan pelajaran diberbagai daerah di luar Kalbar. Salah seorang murid yang dekat dengannya pernah mengatakan bahwa beliau termasuk Ulama yang paling banyak muridnya di zamannya.


2. Ustadz H. Abdurrani Mahmud
Salah satu karya beliau yang popular adalah Jadwal Shalat Sepanjang Masa yang disusun berdasarkan ilmu hisab. Ditempat kediamannya beliau mendirikan majelis taklim dan mengajarkan ilmu dari berbagai Kitab. Disamping itu, beliau juga mengajar dan memimpin ilmu Tharikat yang sampai sekarang masih banyak penganutnya. Dimasa hidupnya beliau juga aktif mengajar dibeberapa perguruan Islam di Pontianak. Salah seorang tokoh Islam pernah mengatakan bahwa Ustadz H. Abdurrani Ulama ahli Hadist yang pernah ada di Indonesia dan sangat ahli dalam mengupas beberapa mazhab yang dianut masyarakat lain.


3. Ustadz Azhari Djamaluddin
Beliau bermukim di Jl. Prof. Dr. Hamka, Kelurahan Sui. Jawi Pontianak hingga akhir hayatnya. Surau Al Hamididn adalah tempat beliau mengajar setiap malam setelah shalat berjamaah. Ulama ini dikenal sebagai Ulama Fiqih dan tak jarang orang datang kerumahnya untuk menanyakan berbagai masalah yang sulit dipecahkan. Beliau juga pernah menjabat sebagai Kepala Pengadilan Agama. Disamping itu Beliau juga mengajar dibeberapa Perguruan Islam dan memberi kuliah di Fakultas Tarbiyah di Universitas Daya NAsional (sekarang UNTAN).


4. Syech Shaleh Al Haddad
Ulama ini dikenal masyarakat sangat keras cara menyampaikan tablighnya. Beliau tak segan mengeritik Pemerintah jika ada kebijakan yang dipandang bertentangan atau menyalahi ketentuan dalam Islam. Setiap sore beliau mengajar ilmu Tafsir di masjid dan mengajar dirumahnya. Orang mengatakan bahwa beliau itu hafal Quran (hafizh). Buktinya memang beliau saat berjalan kaki tak henti-hentinya mengaji (membaca ayat-ayat Al Quran) sepajang jalan dan berhenti sejenak kalaukita memberi salam kepada beliau. Bagi orang yang jarang mengikuti ceramahnya akan menemui sedikit kesulitan karena logat dan tata bahasa yang digunakan masih kental dengan bahasa Arab.


Demikianlah sekilas kenangan empat orang ulama yang pernah bermukim di Kelurahan Sungai Jawi Dalam Pontianak. tentu saja masih banyak kiprah beliau-beliau yang tak tersentuh dalam tulisan ini. Sebaliknya banyak lagi pengalaman dan kesan manis penulis selama bergaul, berguru dan berjamaah, mengkaji ilmu beliau-beliau dan bukan pula mengurai riwayat hidupnya.
Semoga Allah SWT. memberi ganjaran pahala kepada guru-guru kita, Amin.




Penulis : H. A. Rauf H.M. Ali
Gunung Poteng I No. 5 Pontianak
(0561) 748378

Rabu, 08 Februari 2012

Perayaan Cap Go Meh di Pontianak Meriah

Perayaan Cap Go Meh yang dirayakan masyarakat Tionghoa di Jalan Gadjah Mada, Pontianak, Kalimantan Barat, sangat meriah. Puluhan ribu orang memadati jalan untuk melihat peragaan beberapa naga dari 23 yayasan di Kota Pontianak.

Tidak saja peragaan naga dari etnis Tionghoa, beberapa etnis seperti Melayu, Madura, Dayak, dan beberapa adat lainnya, juga mempersembahkan kesenian masing-masing. Acara ini digelar oleh Yayasan Bhakti Suci Pontianak.

Perkumpulan perempuan Adat Dayak Kalbar yang di ketuai mantan anggota DPRD Kalbar, Khatarina Lies, menampilkan tarian khas Dayak dan memainkan alat musik Sape. Perkumpulan masyarakat Batak juga tak ketinggalan, mereka menarikan Tor-tor yang diikuti pula oleh Ketua Yayasan Bhakti Suci, The Yu Sia di atas panggung bersama Rihard Silalahi, Ketua Paguyuban Batak di Pontianak.

Tak ketinggalan, saat para naga beraksi, sesekali Wakil Gubernur memberikan angpao kepada naga yang membelalakkan mata karena panjang dan warna naga yang berwarna-warni.

Cap Go Meh merupakan kemeriahan melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas Tionghoa yang tinggal di luar China. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap =10, Go=5, Meh=malam). Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.

Perayaan ini dimeriahkan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan, Cap Go Meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika para perempuan yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut, suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Sementara di Kalbar, khususnya di Pontianak, berbagai macam atraksi dan festival dilakukan. Kemeriahan dibalut dengan keberagaman etnis memeriahkan Cap Go Meh dirasakan manfaatnya oleh Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sandjaya, Wali Kota Pontianak Sutarmidji dan Forkominda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) seperti Ketua DPRD Kalbar, Hartono Azas; Danrem XII 121 ABW, Toto Rinanto; dan beberapa tokoh masyarakat seperti Sekretaris DAD Kalbar, Yakobus Kumis dan Ibrahim Banson.

Jumat, 03 Februari 2012

                                                Keraton Sambas



Pusat pemerintahan Kesultanan Sambas terletak di sebuah kota kecil yang sekarang dikenal dengan nama Sambas. Untuk mencapai kota ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat dari kota Pontianak ke arah baratlaut sejauh 175 km, melalui kota Mempawah, Singkawang, Pemangkat, dan Sambas.
Lokasi bekas pusat pemerintahan terletak di tepi kota Sambas. Di daerah pertemuan sungai Sambas, Sambas Kecil, dan Teberau, pada sebuah tempat yang oleh penduduk disebut Muare Ullakan (Desa Dalam Kaum) berdiri keraton Kesultanan Sambas.
Pusat pemerintahan Kesultanan Sambas terletak di daerah pertemuan sungai pada bidang tanah yang berukuran sekitar 16.781 meter persegi membujur arah barat-timur.
Pada bidang tanah ini terdapat beberapa buah bangunan, yaitu dermaga tempat perahu/kapal sultan bersandar, dua buah gerbang, dua buah paseban, kantor tempat sultan bekerja, bangunan inti keraton (balairung), dapur, dan masjid sultan.
Bangunan keraton menghadap ke arah barat ke arah sungai Sambas. Ke arah utara dari dermaga terdapat Sungau Sambas Kecil, dan ke arah selatan terdapat Sungai Teberau. Di sekeliling tanah keraton merupakan daerah rawa-rawa dan mengelompok di beberapa tempat terdapat makam keluarga sultan.
Bangunan keraton yang lama dibangun oleh Sultan Bima pada tahun 1632 (sekarang telah dihancurkan), sedangkan keraton yang masih berdiri sekarang dibangun pada tahun 1933. Sebagai sebuah keraton di tepian sungai, di mana sarana transportasinya perahu/ kapal, tentunya di tepian sungai dibangun dermaga tempat perahu/kapal sultan bersandar. Dermaga yang terletak di depan keraton dikenal dengan nama jembatan Seteher. Jembatan ini menjorok ke tengah sungai. Dari dermaga ini ada jalan yang menuju keraton dan melewati gerbang masuk.
Gerbang masuk yang menuju halaman keraton dibuat bertingkat dua dengan denahnya berbentuk segi delapan dan luasnya 76 meter persegi. Bagian bawah digunakan untuk tempat penjaga dan tempat beristirahat bagi rakyat yang hendak menghadap sultan, dan bagian atas digunakan untuk tempat mengatur penjagaan.
Selain itu, bagian atas pada saat-saat tertentu digunakan sebagai tempat untuk menabuh gamelan agar rakyat seluruh kota dapat mendengar kalau ada keramaian di keraton.
Setelah melalui pintu gerbang yang bersegi delapan, di tengah halaman keraton dapat dilihat tiang bendera yang disangga oleh empat batang tiang. Tiang bendera ini melambangkan sultan, dan tiang penyangganya melambangkan empat pembantu sultan yang disebut wazir. Di bagian bawah tiang bendera terdapat dua pucuk meriam, dan salah satu di antaranya bernama Si Gantar Alam.
Sebelum memasuki keraton, dari halaman yang ada tiang benderanya, kita harus melalui lagi sebuah gerbang. Gerbang masuk ini juga terdiri dari dua lantai, tetapi bentuk denahnya empat persegi panjang. Lantai bawah tempat para penjaga yang bertugas selama 24 jam, sedangkan lantai atas dipakai untuk keluarga sultan beristirahat sambil menyaksikan aktivitas kehidupan rakyatnya sehari-hari.
Setelah melalui gerbang kedua dan pagar halaman inti, sampailah pada bangunan keraton.
Di dalam kompleks keraton terdapat tiga buah bangunan. Di sebelah kiri bangunan utama terdapat bangunan yang berukuran 5 x 26 meter. Pada masa lampau bangunan ini berfungsi sebagai dapur dan tempat para juru masak keraton. Di sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan lain yang ukurannya sama seperti bangunan dapur. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat Sultan dan pembantunya bekerja. Dari bangunan tempat Sultan bekerja dan bangunan utama keraton dihubungkan dengan koridor beratap dengan ukuran panjang 5,90 meter dan lebar 1,50 meter.
Di bagian dalam bangunan tempat Sultan dan pembantunya bekerja, tersimpan beberapa benda pusaka kesultanan, di antaranya singgasana kesultanan, pedang pelantikan Sultan, gong, tombak, payung kuning yang merupakan lambang kesultanan, dan meriam lele. Meriam lele yang jumlahnya tujuh buah hingga sekarang masih dianggap barang keramat dan sering diziarahi penduduk. Masing-masing meriam yang berukuran kecil ini mempunyai nama, yaitu Raden Mas, Raden Samber, Ratu Kilat, Ratu Pajajaran, Ratu Putri, Raden Pajang, dan Panglima Guntur.
Bangunan utama keraton berukuran 11,50 x 22,60 meter. Terdiri atas tujuh ruangan, yaitu balairung terletak di bagian depan, kamar tidur sultan, kamar tidur istri sultan, kamar tidur anak-anak sultan, ruang keluarga, ruang makan, dan ruang khusus menjahit. Di bagian atas ambang pintu yang menghubungkan balairung dan ruang keluarga, terdapat lambang Kesultanan Sambas dengan tulisan “Sultan van Sambas” dan angkatahun 15 Juli 1933. Angka tahun ini merupakan tanggal peresmian bangunan keraton.
Di bagian dalam bangunan ini, pada kamar tidur Sultan tersimpan barang-barang khazanah Kesultanan Sambas, di antaranya tempat peraduan sultan, pakaian kebesaran, payung kesultanan, pedang, getar, puan, dan meja tulis Sultan. Pada bagian dinding terpampang gambar-gambar keluarga Sultan yang pernah memerintah Sambas. 
                                                Komp. Keraton Sambas



Masjid Jami Keraton Sambas

Masjid Jami Keraton Sambas adalah masjid yang berada di komplek keraton Kesultanan SambasKabupaten SambasKalimantan Barat. Masjid yang resminya bernama Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Masjid Jami Keraton Sambas ini awalnya merupakan rumah sultan yang kemudian dijadikan musala. Dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin yang memerintah Negeri Sambas pada tahun 1702-1727 Masehi,kemudian masjid kecil itu direnovasi oleh putranya, Sultan Muhammad Saifuddin dan dikembangkan menjadi masjid jami dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 M. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Jumlah tiang tengah bagaian dalam Mesjid Jami' berjumlah delapan batang yang bermakna pendirinya adalah Sultan ke-8 atau Sultan ke-14 garis Kesultanan Kerajaan Sambas. Semua dari bangunan ini juga terbuat dari kayu belian.
                                                   Masjid Jami' Keraton Sambas 

Rabu, 25 Januari 2012

                                                      Keraton Kadariyah


Keraton Kadariyah merupakan cikal-bakal lahirnya Kota Pontianak. Keberadaan Istana Kadriah tidak lepas dari sosok Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri (1738-1808 M), yang di masa mudanya telah mengunjungi berbagai daerah di Nusantara dan melakukan kontak dagang dengan saudagar dari berbagai negara.

Ketika ayahnya Habib Husein Alkadri,  yang pernah menjadi hakim agama Kerajaan Matan dan ulama terkemuka Kerajaan Mempawah, wafat pada tahun 1770 M, Syarif Abdurrahman bersama keluarganya memutuskan mencari daerah pemukiman baru. Batu Layang merupakan salah satu daerah yang mereka singgahi. Di sini, rombongan tersebut bertemu dengan para perompak, dan berhasil mengalahkan mereka. Kemudian, rombongan Syarif Abdurrahman melanjutkan pelayaran mencari daerah yang lebih baik. Pada tanggal 23 Oktober 1771 M (24 Rajab 1181 H), mereka tiba di daerah dekat pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas. Kemudian, mereka memutuskan untuk menetap di daerah tersebut.
Secara historis, Istana Kadriah mulai dibangun pada tahun 1771 M dan baru selesai pada tahun 1778 M. Tak beberapa lama kemudian, Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri pun dinobatkan sebagai sultan pertama Kesultanan Pontianak. Dalam perkembanganya, istana ini terus mengalami proses renovasi dan rekonstruksi hingga menjadi bentuknya seperti yang sekarang ini. Sultan Syarif Muhammad Alkadri, sultan ke-6 Kesultanan Pontianak, tercatat sebagai sultan yang merenovasi Istana Kadriah secara besar-besaran.
Saat ini tampuk kepemimpinan Kesultanan Pontianak dipegang oleh Sultan Sayyid Syarif Abubakar Alkadri, sultan ke-9, yang bergelar Pangeran Mas Perdana Agung.
Keanggunan istana seluas 60 x 25 meter yang terbuat dari kayu belian pilihan ini sudah terlihat dari bagian depannya. Pengunjung akan terkesan dengan halamannya yang luas dan bersih, serta rumputnya yang tertata rapi dan terawat dengan baik. Di sisi kanan, tengah, dan kiri depan istana, pengunjung dapat melihat 13 meriam kuno buatan Portugis dan Perancis.
Dari halaman depan, pengunjung juga dapat melihat anjungan, yaitu ruangan yang menjorok ke depan yang dahulunya digunakan sultan sebagai tempat istirahat atau menikmati keindahan panorama Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di sana, juga terdapat sebuah genta yang dulunya berfungsi sebagai alat penanda marabahaya. Di samping kanan anjungan, terdapat sebuah tangga yang menghubungkan teras istana dengan anjungan.
Di atas pintu utama istana, terdapat hiasan mahkota serta tiga ornamen bulan dan bintang sebagai tanda bahwa Kesultanan Pontianak merupakan Kesultanan Islam. Balairungnya, atau sering juga disebut dengan balai pertemuan, didominasi oleh warna kuning yang dalam tradisi Melayu melambangkan kewibawaan dan ketinggian budi pekerti. Di ruang yang biasanya dijadikan tempat melakukan upacara keagamaan dan menerima tamu ini, pengunjung dapat melihat foto-foto Sultan Pontianak, lambang kesultanan, lampu hias, kipas angin, serta singgasana sultan dan permaisuri.
Di sebelah kanan dan kiri ruang utama terdapat 6 kamar berukuran 4 x 3,5 meter dimana salah satunya merupakan kamar tidur sultan. Sedangkan kamar-kamar lainnya dahulunya dijadikan sebagai ruang makan dan kamar mandi.
Di belakang ruang istana terdapat sebuah ruangan yang cukup besar. Di ruangan ini pengunjung dapat melihat benda-benda warisan Kesultanan Pontianak, seperti senjata, pakaian sultan dan permaisurinya, foto-foto keluarga sultan, dan arca-arca.
Kira-kira 200 meter di sebelah barat dari Istana Kadriah terdapat masjid kerajaan yang bernama Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman. Masjid ini pertama kali dibangun oleh Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri, sultan pertama Kesultanan Pontianak.
Istana Kadriah terletak di Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
Istana Kadriah berada di dekat pusat Kota Pontianak. Lokasi istana dapat dijangkau melalui jalur sungai dan jalur darat. Pengunjung yang memilih jalur sungai dapat mengaksesnya dengan menggunakan sampan atau speed boat dari Pelabuhan Senghie, sedangkan pengunjung yang menggunakan jalur darat dapat naik kendaraaan bermotor atau roda empat.

Setiap Tahun di Hari Rabu Bulan Safar

                                                                 Keraton Amantubillah

Peringatan napak tilas berdirinya Keraton Amantubillah Mempawah, dimulai dengan kedatangan rombongan pendiri kerajaan Mempawah, Opu Daeng Manambon,  yang berasal dari Sulawesi Selatan di bumi Kalimantan Barat.
Peringatan napak tilas berdirinya Keraton Amantubillah Mempawah, dimulai dengan kedatangan rombongan pendiri kerajaan Mempawah, Opu Daeng Manambon,  yang berasal dari Sulawesi Selatan di bumi Kalimantan Barat.
Peringatan napak tilas berdirinya Keraton  Mempawah begitu dekat di hati masyarakat Kabupaten Pontianak yang merupakan salah satu acara adat yang telah berdaya di masyarakat Mempawah, khususnya kerabat keraton.
Peringatan napak tilas selalu didahului dengan kegiatan ziarah ke makam Opu Daeng Manambon di Sebukit Rama, Kecamatan Mempawah Hilir, dengan acara tahlillan dan dilanjutkan makan saprahan di Keraton Amantubillah Mempawah.
Acara yang selalu digelar saat menyambut perayaan Robo-robo tersebut, dapat dilihat Selasa (24/2), kemarin, dimana Pangeran Ratu Amantubillah, Dr. Ir. Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, Msc, bersama kerabat keraton, Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, SH, MH, serta beberapa komponen masyarakat mendatang Makan Opu Daeng Manambon yang berada di Sebukit Rama.
Di pendopo Makam Opu Daeng Manambon, Pangeran Ratu Amantubillah, Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, bersama seluruh yang hadir membaca Surat Yasin dan berdoa bersama. Selesai membaca doa bersama, dilaksanakan tabur bunga  di makam Opu Daeng Manambon.
Setelah itu, Pangeran Ratu Amantubillah, Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, bersama rombongan meninggalkan makam Opu Daeng Manambon Mempawah, menggunakan mobil kembali ke Kertaon Amantubillah Mempawah untuk menggelar makan saprahan dan pameran benda pusaka.
 "Sasaran kegiatan napak tilas ini, kita berusaha melestarikan dan menumbuh kembangkan nilai-nilai budaya adi luhung kraton yang telah mengakar di masyarakat, serta menjadi nilai-nilai budaya, menjadi aset daerah," kata  Pangeran Ratu Amantubillah, Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim.
Lanjutnya lagi, melalui tapak tilas berdirinya Keraton Mempawah, diharapkan menjadi media untuk membangun karakter bangsa, sehingga masyarakat dapat menjadi bangsa yang mempunyai jati diri, berdaya tahan dan daya huang tinggi terhadap segala bentuk terobosan budaya dari luar yang tidak sesuai dengan karakter Bangsa Indonesia.
 "Selain itu, kita juga ingin memperkenalkan ke tingkat nasional dan internasional yaitu dengan memperkenalkan momen peringatan tapak tilas ini ke level yang lebih luas yang akhirnya dapat diangkat menjadi agenda pariwisata nasional,"  katanya.