Jumat, 10 Februari 2012

Danau Sentarum National Park, West Borneo Indonesia



Danau Sentarum National Park (DSNP),is located in a remote area of West Kalimantan, Indonesia, and situated close to the Malaysian border of Sarawak, approximately 700 km. inland from the West Kalimantan provincial capital, Pontianak. DSNP is an area of connected lakes and seasonally flooded by the tropical rains,a sthe water streams down the with covereed Rain Forest hills surrounding the area. The Danau Sentarum National Park is approximately 30-35 m. above sea level, while the surrounding hills that rise as high as 750 meter above sea level. Daytime temperatures are consistently between the 26-30 degrees Celsius, The driest months are usually July, August, and September. The area was established in 1985 as the Danau Sentarum Wildlife Reserve. While the borders are unclear, the main part of the park is around 1250 square km
Several Longhouses are found in the area of Danau Sentarum Park, The Iban longhouse of Sungal Sedik is located about 6 km. from the district center of Lanjak. The longhouse was a 14-household community containing about 100 residents. The Sedik River territory is a hunted area for the members of the at least five other longhouse Dayak communities of Lanjak.
 
West Kalimantan 's Danau Sentarum National Park wildlife has 120 species of fish, Among them arethe Asian bony tongue, toman, betutu, jelawat, belida, ketutung, and the beautiful clown loach. Other animals like proboscis monkey, orangutan, estuarine crocodile, siamese crocodile, clouded leopard, great argus pheasant, false gavial, and wooly-necked stork also inhabit this national park.

Taman Nasional Danau Sentarum


Danau Sentarum berjarak 700 km dari Kota Pontianak yang masuk dalam wilayah dataran Daerah Aliran Sungai Kapuas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang merupakan danau dan rawa yang dangkal serta teras-teras rendah yang sangat luas.



Kawasan Danau Sentarum telah ditetapkan sebagai kawasan Suaka Alam.Danau itu adalah celengan air raksasa. Di musim hujan, Sentarum menabung 25 persen air Sungai Kapuas. Saat kemarau, Sentarum memasok separuh air yang mengaliri Kapuas. Luas seluruh kawasan Danau Sentarum 132.000 ha ditambah dengan 64.000 ha yang diusulkan sebagai daerah penyangga. Sekitar 20 ha merupakan danau musiman yang menjadi penutup daerah seluas 30.500 ha, sisanya merupakan hutan rawa gambut.
Danau Sentarum merupakan daerah retensi/luapan banjir (retarding basin)dari Sungai Kapuas yang merupakan daerah tangkapan air dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut.


Danau Sentarum merupakan komplek danau-danau, lebih dari dua puluh buah danau secara alami bertindak sebagai reservoar. Luapan banjirnya yang melanda bentang Sungai Kapuas secara otomatis akan tertampung di sini. Saat itulah limpahan airnya menggenangi hutan rawa air tawar primer yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Danau Sentarum.
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan di sekitarnya.
Namun, bukan fenomena alam ini saja yang menjadi keunikan Danau Sentarum. Danau yang terbentuk pada zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di antaranya endemik TNDS, termasuk 10 spesies di antaranya merupakan spesies baru.


Hewan mamalia di TNDS ada 141 spesies. Sekitar 29 spesies di antaranya spesies endemik, dan 64 persen hewan mamalia itu endemik Borneo. Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 persen di antaranya merupakan ikan endemik air tawarBorneo. Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebagai salah satu habitat ikan air tawar terlengkap di dunia.
Selain hutan yang bagus dan menjadi habitat lebah, TNDS juga menjadi habitat berbagai jenis ikan air tawar. Dari segi ukuran, misalnya, ada jenis ikan terkecil, yang dikenal dengan nama ikan linut (sundasalanx cf. microps) berukuran 1-2 sentimeter dengan tubuhnya yang transparan seperti kaca, hingga ikan berukuran panjang dua meter seperti ikan tapah dari genus Wallago.


Adapun ikan yang bernilai ekonomis dan di konsumsi warga, misalnya, ada ikan gabus, toman, baung, lais, belida, dan jelawat. Khusus ikan hias, di TNDS terdapat ikan silok atau arwana (scleropages formosus) dan arwana merah. Namun, populasi jenis ini sekarang menurun drastis karena harganya yang mahal menyebabkannya di eksploitasi secara berlebihan. Pada kawasan ini tercatat paling tidak 120 jenis ikan, termasuk jenis yang langka serta bernilai tinggi yaitu ikan arwana(scleropages formosus) serta terdapat beberapa jenis spesies yang hanya dimiliki oleh Danau Sentarum dalam artian tidak ditemukan di belahan dunia lain.
Berdasarkan hasil laporan penelitian yang telah dilakukan Pusat Lapangan Taman Nasional Danau Sentarum, terdapat beberapa spesies yang masih merupakan catatan karena belum ada nama lainnya. Sebagai habitat ikan air tawar terlengkap di dunia, Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum menjadi daerah penyedia sekaligus sebagai pemasok terbesar ikan hias air tawar diantaranya adalah arwana(scleropages fourmosus) dan ulanguli (botia macracranthus) yang berhasil menembus pasaran internasional dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.


Pada saat musim kemarau, dimana tinggi air Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah kering yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat jelas di kolam-kolam kecil.
Bila Danau Sentarum surut airnya kedalaman danau hanya berkisar dua-tiga meter. Padahal, dalam kondisi normal antara tiga hingga delapan meter. Kalau banjir, dalamnya sampai 13 meter. Tetapi, dalam dua tahun terakhir, penurunan air Sentarum sangat ekstrem. Di beberapa bagian, ada yang sampai empat meter dalam tiga hari. Lazimnya cuma setengah meter.  Ada yang menduga pembukaan lahan di hulu Kapuas menjadi sebab drastisnya penyusutan air Sentarum. Kawasan bervegetasi baik yang hilang itu memusnahkan fungsi lahan sebagai daerah tangkapan dan resapan hujan.


           Di samping potensi perikanan, kawasan Taman Nasional Danau Sentarum juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata andalan bagi Kabupaten Kapuas Hulu dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati serta keindahan panorama alam dengan beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Pulau Melayu, Pulau Sepandan ataupun Pulau Bukit Tekenang.

Kamis, 09 Februari 2012

Empat Orang Ulama Tenar Pernah Bermukim di Kelurahan Sui. Jawi Dalam Pontianak

Dalam kurun waktu tahun 60-an sampai tahun 80-an di Kelurahan Sui. Jawi Pontianak pernah berkiprah empat orang ulama yang sangat terkenal, disegani dan menjadi panutan masyarakat. Selama hidupnya beliau-beliau tersebut banyak menghabiskan waktunya dalam mengayomi umat, bertabligh dan mengajar berbagai ilmu islam seperti fiqih, tasawuf, tafsir, hadits dan sebagainya. Selain mengajar di kediamannya masing-masing mereka masih sering dijemput oleh masyarakat untuk bertabligh di luar kota Pontianak. Ulama yang dapat digolongkan arif billah (orang yang dekat dengan Allah) itu semuanya telah berplang kerahmatullah dengan meninggalkan kesan yang tak mungkin kita lupakan.


Ke empat  ulama yang penulis maksudkan adalah : Ustadz H. Abdussyukur Badri, Ustadz H. Abdurrani Mahmud, Ustadz H. Azhari Djamaluddin dan Syech Saleh Al Haddad. Dibawah ini penulis nukilkan sekelemit kesan figur Ulama Kharismatik tersebut sebatas pandangnan dan pengalaman pribadi yang penulis miliki.


1. Ustadz H. Abdussyukur Badri
Beliau ini sering dipanggil dengan nama Ustadz H. Muchlis. Selama beliau bermukim di Kelurahan Sui. Jawi Dalam Pontianak sebagian waktunya dipergunakan untuk mengajar dan berdakwah keliling masjid dan Majelis Ta'lim. Dirumahnya diadakan juga pengajian pada malam-malam tertentu. Semasa beliau bermukim di Telok Pakedai (Kubu Raya), beliau sempat mengasuh Madrasah Diniyah Al Raudatuthalibin dan mengadakan kursus kilat guru agama dimana penulis pada masa itu masih di Sekolah Rakyat (SD) sempat mengenyam ilmunya sebelum pindah ke Pontianak melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah. Alhamdulillah setelah beliau hijrah ke Pontianak, penulis dapat berguru kembali walaupun tidak berbentuk pendidikan formal lagi. Di Pontianak, beliau mengajarkan Shalawat Dalailul Khairat, dimana penulis ikut pada angkatan pertama. Ustadz H. Muchlis tidak hanya mengajar dan berdakwah di Pontianak, bahkan sering dijemput untuk memberikan pelajaran diberbagai daerah di luar Kalbar. Salah seorang murid yang dekat dengannya pernah mengatakan bahwa beliau termasuk Ulama yang paling banyak muridnya di zamannya.


2. Ustadz H. Abdurrani Mahmud
Salah satu karya beliau yang popular adalah Jadwal Shalat Sepanjang Masa yang disusun berdasarkan ilmu hisab. Ditempat kediamannya beliau mendirikan majelis taklim dan mengajarkan ilmu dari berbagai Kitab. Disamping itu, beliau juga mengajar dan memimpin ilmu Tharikat yang sampai sekarang masih banyak penganutnya. Dimasa hidupnya beliau juga aktif mengajar dibeberapa perguruan Islam di Pontianak. Salah seorang tokoh Islam pernah mengatakan bahwa Ustadz H. Abdurrani Ulama ahli Hadist yang pernah ada di Indonesia dan sangat ahli dalam mengupas beberapa mazhab yang dianut masyarakat lain.


3. Ustadz Azhari Djamaluddin
Beliau bermukim di Jl. Prof. Dr. Hamka, Kelurahan Sui. Jawi Pontianak hingga akhir hayatnya. Surau Al Hamididn adalah tempat beliau mengajar setiap malam setelah shalat berjamaah. Ulama ini dikenal sebagai Ulama Fiqih dan tak jarang orang datang kerumahnya untuk menanyakan berbagai masalah yang sulit dipecahkan. Beliau juga pernah menjabat sebagai Kepala Pengadilan Agama. Disamping itu Beliau juga mengajar dibeberapa Perguruan Islam dan memberi kuliah di Fakultas Tarbiyah di Universitas Daya NAsional (sekarang UNTAN).


4. Syech Shaleh Al Haddad
Ulama ini dikenal masyarakat sangat keras cara menyampaikan tablighnya. Beliau tak segan mengeritik Pemerintah jika ada kebijakan yang dipandang bertentangan atau menyalahi ketentuan dalam Islam. Setiap sore beliau mengajar ilmu Tafsir di masjid dan mengajar dirumahnya. Orang mengatakan bahwa beliau itu hafal Quran (hafizh). Buktinya memang beliau saat berjalan kaki tak henti-hentinya mengaji (membaca ayat-ayat Al Quran) sepajang jalan dan berhenti sejenak kalaukita memberi salam kepada beliau. Bagi orang yang jarang mengikuti ceramahnya akan menemui sedikit kesulitan karena logat dan tata bahasa yang digunakan masih kental dengan bahasa Arab.


Demikianlah sekilas kenangan empat orang ulama yang pernah bermukim di Kelurahan Sungai Jawi Dalam Pontianak. tentu saja masih banyak kiprah beliau-beliau yang tak tersentuh dalam tulisan ini. Sebaliknya banyak lagi pengalaman dan kesan manis penulis selama bergaul, berguru dan berjamaah, mengkaji ilmu beliau-beliau dan bukan pula mengurai riwayat hidupnya.
Semoga Allah SWT. memberi ganjaran pahala kepada guru-guru kita, Amin.




Penulis : H. A. Rauf H.M. Ali
Gunung Poteng I No. 5 Pontianak
(0561) 748378

Rabu, 08 Februari 2012

Perayaan Cap Go Meh di Pontianak Meriah

Perayaan Cap Go Meh yang dirayakan masyarakat Tionghoa di Jalan Gadjah Mada, Pontianak, Kalimantan Barat, sangat meriah. Puluhan ribu orang memadati jalan untuk melihat peragaan beberapa naga dari 23 yayasan di Kota Pontianak.

Tidak saja peragaan naga dari etnis Tionghoa, beberapa etnis seperti Melayu, Madura, Dayak, dan beberapa adat lainnya, juga mempersembahkan kesenian masing-masing. Acara ini digelar oleh Yayasan Bhakti Suci Pontianak.

Perkumpulan perempuan Adat Dayak Kalbar yang di ketuai mantan anggota DPRD Kalbar, Khatarina Lies, menampilkan tarian khas Dayak dan memainkan alat musik Sape. Perkumpulan masyarakat Batak juga tak ketinggalan, mereka menarikan Tor-tor yang diikuti pula oleh Ketua Yayasan Bhakti Suci, The Yu Sia di atas panggung bersama Rihard Silalahi, Ketua Paguyuban Batak di Pontianak.

Tak ketinggalan, saat para naga beraksi, sesekali Wakil Gubernur memberikan angpao kepada naga yang membelalakkan mata karena panjang dan warna naga yang berwarna-warni.

Cap Go Meh merupakan kemeriahan melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas Tionghoa yang tinggal di luar China. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap =10, Go=5, Meh=malam). Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.

Perayaan ini dimeriahkan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan, Cap Go Meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika para perempuan yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut, suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Sementara di Kalbar, khususnya di Pontianak, berbagai macam atraksi dan festival dilakukan. Kemeriahan dibalut dengan keberagaman etnis memeriahkan Cap Go Meh dirasakan manfaatnya oleh Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sandjaya, Wali Kota Pontianak Sutarmidji dan Forkominda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) seperti Ketua DPRD Kalbar, Hartono Azas; Danrem XII 121 ABW, Toto Rinanto; dan beberapa tokoh masyarakat seperti Sekretaris DAD Kalbar, Yakobus Kumis dan Ibrahim Banson.

Jumat, 03 Februari 2012

                                                Keraton Sambas



Pusat pemerintahan Kesultanan Sambas terletak di sebuah kota kecil yang sekarang dikenal dengan nama Sambas. Untuk mencapai kota ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat dari kota Pontianak ke arah baratlaut sejauh 175 km, melalui kota Mempawah, Singkawang, Pemangkat, dan Sambas.
Lokasi bekas pusat pemerintahan terletak di tepi kota Sambas. Di daerah pertemuan sungai Sambas, Sambas Kecil, dan Teberau, pada sebuah tempat yang oleh penduduk disebut Muare Ullakan (Desa Dalam Kaum) berdiri keraton Kesultanan Sambas.
Pusat pemerintahan Kesultanan Sambas terletak di daerah pertemuan sungai pada bidang tanah yang berukuran sekitar 16.781 meter persegi membujur arah barat-timur.
Pada bidang tanah ini terdapat beberapa buah bangunan, yaitu dermaga tempat perahu/kapal sultan bersandar, dua buah gerbang, dua buah paseban, kantor tempat sultan bekerja, bangunan inti keraton (balairung), dapur, dan masjid sultan.
Bangunan keraton menghadap ke arah barat ke arah sungai Sambas. Ke arah utara dari dermaga terdapat Sungau Sambas Kecil, dan ke arah selatan terdapat Sungai Teberau. Di sekeliling tanah keraton merupakan daerah rawa-rawa dan mengelompok di beberapa tempat terdapat makam keluarga sultan.
Bangunan keraton yang lama dibangun oleh Sultan Bima pada tahun 1632 (sekarang telah dihancurkan), sedangkan keraton yang masih berdiri sekarang dibangun pada tahun 1933. Sebagai sebuah keraton di tepian sungai, di mana sarana transportasinya perahu/ kapal, tentunya di tepian sungai dibangun dermaga tempat perahu/kapal sultan bersandar. Dermaga yang terletak di depan keraton dikenal dengan nama jembatan Seteher. Jembatan ini menjorok ke tengah sungai. Dari dermaga ini ada jalan yang menuju keraton dan melewati gerbang masuk.
Gerbang masuk yang menuju halaman keraton dibuat bertingkat dua dengan denahnya berbentuk segi delapan dan luasnya 76 meter persegi. Bagian bawah digunakan untuk tempat penjaga dan tempat beristirahat bagi rakyat yang hendak menghadap sultan, dan bagian atas digunakan untuk tempat mengatur penjagaan.
Selain itu, bagian atas pada saat-saat tertentu digunakan sebagai tempat untuk menabuh gamelan agar rakyat seluruh kota dapat mendengar kalau ada keramaian di keraton.
Setelah melalui pintu gerbang yang bersegi delapan, di tengah halaman keraton dapat dilihat tiang bendera yang disangga oleh empat batang tiang. Tiang bendera ini melambangkan sultan, dan tiang penyangganya melambangkan empat pembantu sultan yang disebut wazir. Di bagian bawah tiang bendera terdapat dua pucuk meriam, dan salah satu di antaranya bernama Si Gantar Alam.
Sebelum memasuki keraton, dari halaman yang ada tiang benderanya, kita harus melalui lagi sebuah gerbang. Gerbang masuk ini juga terdiri dari dua lantai, tetapi bentuk denahnya empat persegi panjang. Lantai bawah tempat para penjaga yang bertugas selama 24 jam, sedangkan lantai atas dipakai untuk keluarga sultan beristirahat sambil menyaksikan aktivitas kehidupan rakyatnya sehari-hari.
Setelah melalui gerbang kedua dan pagar halaman inti, sampailah pada bangunan keraton.
Di dalam kompleks keraton terdapat tiga buah bangunan. Di sebelah kiri bangunan utama terdapat bangunan yang berukuran 5 x 26 meter. Pada masa lampau bangunan ini berfungsi sebagai dapur dan tempat para juru masak keraton. Di sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan lain yang ukurannya sama seperti bangunan dapur. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat Sultan dan pembantunya bekerja. Dari bangunan tempat Sultan bekerja dan bangunan utama keraton dihubungkan dengan koridor beratap dengan ukuran panjang 5,90 meter dan lebar 1,50 meter.
Di bagian dalam bangunan tempat Sultan dan pembantunya bekerja, tersimpan beberapa benda pusaka kesultanan, di antaranya singgasana kesultanan, pedang pelantikan Sultan, gong, tombak, payung kuning yang merupakan lambang kesultanan, dan meriam lele. Meriam lele yang jumlahnya tujuh buah hingga sekarang masih dianggap barang keramat dan sering diziarahi penduduk. Masing-masing meriam yang berukuran kecil ini mempunyai nama, yaitu Raden Mas, Raden Samber, Ratu Kilat, Ratu Pajajaran, Ratu Putri, Raden Pajang, dan Panglima Guntur.
Bangunan utama keraton berukuran 11,50 x 22,60 meter. Terdiri atas tujuh ruangan, yaitu balairung terletak di bagian depan, kamar tidur sultan, kamar tidur istri sultan, kamar tidur anak-anak sultan, ruang keluarga, ruang makan, dan ruang khusus menjahit. Di bagian atas ambang pintu yang menghubungkan balairung dan ruang keluarga, terdapat lambang Kesultanan Sambas dengan tulisan “Sultan van Sambas” dan angkatahun 15 Juli 1933. Angka tahun ini merupakan tanggal peresmian bangunan keraton.
Di bagian dalam bangunan ini, pada kamar tidur Sultan tersimpan barang-barang khazanah Kesultanan Sambas, di antaranya tempat peraduan sultan, pakaian kebesaran, payung kesultanan, pedang, getar, puan, dan meja tulis Sultan. Pada bagian dinding terpampang gambar-gambar keluarga Sultan yang pernah memerintah Sambas. 
                                                Komp. Keraton Sambas



Masjid Jami Keraton Sambas

Masjid Jami Keraton Sambas adalah masjid yang berada di komplek keraton Kesultanan SambasKabupaten SambasKalimantan Barat. Masjid yang resminya bernama Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Masjid Jami Keraton Sambas ini awalnya merupakan rumah sultan yang kemudian dijadikan musala. Dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin yang memerintah Negeri Sambas pada tahun 1702-1727 Masehi,kemudian masjid kecil itu direnovasi oleh putranya, Sultan Muhammad Saifuddin dan dikembangkan menjadi masjid jami dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 M. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Jumlah tiang tengah bagaian dalam Mesjid Jami' berjumlah delapan batang yang bermakna pendirinya adalah Sultan ke-8 atau Sultan ke-14 garis Kesultanan Kerajaan Sambas. Semua dari bangunan ini juga terbuat dari kayu belian.
                                                   Masjid Jami' Keraton Sambas