Selasa, 15 Januari 2013

Dibuang Sayang (3)


1. LAMPU JALAN A. YANI. Setelah sekian lama selesai dirapikan kabel listrik di median (pertengahan jalur) Jl. A. Yani tapi masih belum juga ada tanda-tanda pemasangan lampu jalan yang rapi seperti Jl. Tanjungpura atau Jl. Soekarno Hatta. Dulu ada rencana kerja sama dengan Fak. Teknik Untan dengan menggunakan Tenaga Surya.
Menurut hemat kami janganlah berencana terlalu jauh yang mungkin belum tentu memuaskan.
Karena biasanya teknologi baru akan menelan biaya besar, belum lagi resiko pemeliharaan dan kerusakannya yang biasa terjadi. Biar seperti biasa (convensional) asa; dipasang rapi, tertata dan indah tentu masyarakat kita akan menikmatinya.

2. POTENSI KEKAYAAN KALIMANTAN BARAT. Kita dianjurkan oleh agama untuk berusaha karena kesejahteraan itu hanya bisa digapai atas usaha kita sendiri. Sangat disayangkan kalau potensi kekayaan daerah ini tak dikelola secara maksimal dan terpadu. Seperti yang diberitakan di harian Pontianak Post, 10 Oktober 2012 bahwa 3 kabupaten yakni Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi mempunyai cadangan batu bara sebesar 180 juta ton, namun sulit dijual karena investor terkendala prasarana jalan dan pelabuhan.
Hal ini sangat disayangkan karena pemerintah daerah belum siap tapi sudah menawarkan untuk dieksploitasi.
Kesimpulan yang dapat dipetik, bahwa Pemerintah tidak punya perencanaan yang matang dan akhirnya hanya di eksploitasi secara kecil-kecilan saja sumber kekayaan besar Daerah Kalbar ini.

3. TEMPAT PARKIR KENDARAAN. Di kota Pontianak ini memang sulit mendapatkan tempat parkir kendaraan. Disamping sulit mendapatkan lahan, juga kurang adanya kesadaran masyarakat mematuhi peraturan dan ikut memelihara keindahan kota. Kebanyakan mereka mau gampangnya saja walaupun telah disediakan tempat parkir yang aman. Fenomena ini dapat dilihat disekeliling Matahari Mall. Disitu telah disediakan tempat di basement, tapi kelihatannya lebih suka parkir di tepi-tepi jalan seperti Jl. Jend. Urip, Jl. Arif Rahman atau Jl. Pattimura. Begitu pula di Jl. Pak Kasih, Jl. Gajah Mada dan di tepi jalan lainnya.
Padahal ada peraturan yang tak memperbolehkan parkir di tempat tertentu yang dapat mengganggu kepentingan umum.

4. PERLU PELABUHAN LAUT (SAMUDERA). Apa yang disaksikan oleh seorang anggota DPRD Kota Pontianak tentang semrawutnya pelabuhan di kawasan Jl. Pak Kasih yang memanjang sampai ke Jl. Kom. Yos Sudarso sebenarnya tak aneh dan bukan hal yang baru (Pontianak Post, 26 September 2012).
Walaupun pelabuhan itu diperpanjang lagi sampai ke Sungai Rengas Kab. Kubu Raya saya rasa tidak akan memecahkan masalah. Hanya bisa diatasi dengan membuat Pelabuhan Laut/Samudera yang bertaraf Internasional sesuai pertumbuhan perekonomian daerah Kalbar.

5. RUMAH DINAS PEJABAT. Ada sebagian Pejabat peperintah sadar atau tidak, jika telah menempati rumah dinas seolah-olah rumah itu adalah miliknya. Dia seenaknya merenovasi bahkan mengapuri menurut selera atau simbol warna yang disukai. Padahal bagunan itu adalah milik Daerah/Negara dan dia berhak tinggal selagi masih menjadi pejabat dalam pemerintahan  Republik ini.

6. PAD KOTA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak melonjak drastis dari 62 Milyar menjadi 250 Milyar, demikian kata Pak Wali dalam kesempatan bicara di Komplek Tugu Khatulistiwa (pontianak Post, 23 September 2012). Bagi masyarakat yang peduli arti pembangunan tentu sangat apresiasi atas kinerja Pemkot Selama ini. Namun perlu diingat bahwa tidak semua keberhasilan itu sinkron dengan masyarakat umum (grass roots). Banyak diantara mereka yang tidak tau apa itu PAD dan untuk apa pula.
Oleh karena itu sosialisasi pada masyarakat lapis bawah sangat perlu agar kepatuhan membayar iuran.pajak dan sejenisnya tidak merasa terbebani.

7. DUKUNG PROGRAM WALIKOTA. Pelebaran jalan yang sempit di Kota Pontianak ini  perlu mendapat dukungan (apresiasi) dari masyarakat. Dalam hal ini Pak Wali sering menghimbau diberbagai kesempatan seperti ketika usai Shalat Jum'at di Masjid, atau dalam forum pertemuan, agar masyarakat ikut berpartisipasi mensukseskan usaha pelebaran dan rehabilitasi jalan-jalan yang telah direncanakan oleh Pemkot. Elok atau indahnya suatu kota tak lepas dari tatanan jalan yang rapi, bersih dan lebar.
Tentu saja ada masyarakat kita yang terusik karena pekarangan rumahnya mengecil dan pagarnya diroboh.
Namun hal semacam itu tentu dapat diatasi dengan jalan kompromi yang saling menguntungkan (win win solution) seperti dilakukan Pengurus Masjid Al Ihsan di Jl. Bukit Barisan Sungai Jawi.

8. GAYA SEORANG PEMIMPIN. Setiap pemimpin punya gaya sendiri dalam memimpin anak buahnya.
Hal ini ditemui baik dikantor pemerintah maupun perusahaan swasta. Gaya yang diperlihatkan Awang Ishak Walikota Singkawang adalah salah satu gaya dari seorang pemimpin. Beliau bersedia menandatangani surat yang disodorkan diluar kamar kerjanya. Itu menunjukkan bahwa beliau tidak terlalu formil bahkan terkesan sederhana dalam menyelesaikan pekerjaannya. Cukup mempercayakan ajudan atau anak buah yang punya tanggung jawab, kemudian pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

9. LAYANAN MASYARAKAT. Ada 2 jenis tempat melayani kebutuhan masyarakat kita.
Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah dan pelayanan yang disediakan oleh swasta. Pemerintah berusaha agar layanannya murah kalau bisa gratis seperti Puskesmas, RSUD dan pelayanan semua kantor pemerintah. Sedangkan pihak swasta melayani masyarakat dengan memungut biaya yang bervariasi dan ada kalanya perang tarif. Seringkali masyarakat lebih memilih layanan swasta walaupun biayanya lebih besar ketimbang mendapatkan layanan yang kurang memuaskan kendati murah atau gratis.
Itulah fenomena yang ditemui dalam masyarakat dewasa ini. Perlu pemikiran.

10. MASJID MUJAHIDIN. Panitia pembangunan masjid secara periodik melaporkan perkembangan bangunan melalui media cetak, agar masyarakat dapat memonitornya. Kita dikagetkan adanya stagnan proyek akibat ulah kontraktor.  Sebenarnya kita tak perlu mencampuri kebijakan yang di tempuh panitia.
Namun masyarakat lebih suka kalau adanya transparansi dari pihak yang menangani mega proyek tersebut.

2 komentar: